Rabu, 23 Juli 2008

Kejahatan Kerah Putih, Banyak Korporasi Besar yang Melakukan Penipuan

International
Jumat, 27 Oktober 2006

"Is Corporate Fraud Endemic in America?" demikian sebuah tulisan yang diturunkan kantor berita Agence France Presse pada 3 September 2006. Apakah praktik penipuan sarat terjadi pada korporasi Amerika Serikat ... ? Apa yang umum terjadi pada perusahaan AT & T, Boeing, Comverse Technology, Prudential Financial, Medtronic, Schering-Plough, dan Tenet Healthcare?

Dalam beberapa bulan terakhir pada tahun 2006, semua perusahaan itu telah dituduh melakukan penipuan oleh Departemen Kehakiman, khususnya Divisi Corporate Fraud Task Force. Semua perusahaan itu dituduh tidak berperilaku baik oleh jaksa penuntut.

Di antara berbagai tuduhan tersebut, perusahaan itu dituduh melakukan penipuan dalam perdagangan saham, pembukuan palsu, pemalsuan harga obat, suap kepada para dokter, dan lainnya. Total biaya atas perilaku buruk itu termasuk pengenaan denda dan penalti, dan tentunya membuat perusahaan telah mengorbankan para pemegang saham.

Ada biaya sekitar 2,6 miliar dollar AS. Hampir lima tahun setelah skandal Enron mencuat, kejahatan kerah putih oleh korporasi AS tidak berkurang, meski sudah ada tindakan penghukuman dari pemerintah.

Setelah kejatuhan Enron, pemerintah sudah membentuk Corporate Fraud Task Force (CFTF). Badan ini telah gencar melaksanakan tugasnya dan mengajukan ke pengadilan para eksekutif buruk. Badan itu telah melakukan tugasnya dengan baik. Sudah terjadi pengenaan hukuman pada dua eksekutif puncak Enron.

Eksekutif utama tak disentuh

Namun, ada kritikan. Para pengacara dan investor di bursa mengatakan, praktik penipuan sudah bagaikan wabah di korporasi AS. Dibutuhkan sanksi lebih keras untuk menghentikan itu semua.

Jacob Zamansky, seorang pengacara di New York dari perusahaan Zamansky and Associates, telah mengajukan gugatan kepada perusahaan pialang besar di Wall Street (bursa saham terkenal di AS). Ia mengatakan, masih banyak eksekutif yang harus dikenai hukuman untuk mempertanggungjawabkan penipuan. "Jika Departemen Kehakiman serius memperlihatkan penegakan hukum, tolong tindak para petinggi di bursa saham AS (Wall Street), juga korporasi AS," kata Zamansky.

Ia yakin pemerintah melakukan pekerjaan yang bagus dalam mengusut hingga menghukum para eksekutif pada kasus Enron dan banyak kasus lainnya hingga tahun 2005. Namun, setelah itu penegakan hukum makin melempem.

Seorang pejabat senior Departemen Kehakiman, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa satuan tugas telah menindak secara agresif. Kegigihan juga terus dilanjutkan hingga tahun 2006. "Mulai Juli 2002 sampai Maret 2006 kami sudah menindak 1.000 kasus dan sebanyak 160 orang di antaranya adalah kelas eksekutif dan presiden perusahaan," kata pejabat itu.

Anggota inti CFTF, yang juga pejabat di Exchange Commission (Komisi Bursa Saham AS/ SEC) dan Federal Bureau of Investigation (FBI), bertemu pada Agustus 2006 untuk bertukar pikiran dan menyusun strategi. "Kami berupaya menarik dana sebanyak mungkin hasil manipulasi dan mencoba mendalami semua kasus," kata pejabat itu seraya mengatakan bahwa belum ada rencana membubarkan satuan tugas.

Prudential Financial, salah satu perusahaan asuransi jiwa terbesar Amerika Serikat, dengan penerimaan kuartalan 7 miliar dollar AS lebih, setuju membayar denda 600 juta dollar AS. Perusahaan ini mengakui berbuat salah tahun ini terkait perdagangan saham mutual fund yang menyalahi hukum. Tak ada eksekutif puncak Prudential, yang bangga dengan moto "Bertumbuh dan Melindungi Kemakmuran Anda", telah dikenai tuduhan sejauh ini, meski beberapa mantan broker sudah diusut.

Akan tetapi, Walter Ricciardi, Wakil Direktur Divisi Penegakan Hukum SEC, menekankan bahwa penyelidikan sedang berlangsung. "Penyelidikan sedang berlanjut, siapa pun dia akan diselidiki," katanya.

Tergiur keuntungan besar

Ricciardi mengatakan, pemerintah telah memerangi kejahatan kerah putih. Namun, para eksekutif yang bersalah itu sering sengaja melakukan penipuan karena tergiur dengan uang yang banyak. "Imbalannya bisa sangat besar, dan mereka berharap tidak ketahuan, tetapi sayangnya hal itu pasti ketahuan jika mereka tidak memiliki kompas yang bagus soal moral,"[i] katanya. [i]"Dan kami masih membutuhkan sebuah program penegakan hukum, bahkan dalam keadaan seperti sekarang," kata seorang pejabat senior SEC.

Charlie Cray, seorang Direktur Center for Corporate Policy (Washington), yang melacak beberapa penipuan perusahaan mengatakan, perusahaan melakukan kejahatan serius harus dimasukkan ke dalam pemantauan dan harus terbuka untuk pengusutan publik. "Saya kira segeralah tangani para eksekutif itu jika ditemukan bahwa mereka bersalah," kata Cray.

Namun, sekarang, meski ada denda besar, publikasi luas pada tahun-tahun terakhir, para eksekutif belum jera berbuat kesalahan. Hal itu akan membuat pemerintah terus sibuk pada tahun-tahun mendatang. "Apakah Anda berpikir Wall Street dan korporasi Amerika Serikat telah belajar dari kesalahan, oh tidak, mereka belum jera," kata Zamansky. (AFP/MON)

Tidak ada komentar: