Selasa, 15 Juli 2008

Padamu Negeri Aku Berbisnis

Menyusun perencanaan bisnis merupakan pekerjaan yang mengasyikkan. Penuh tantangan, full stress, tetapi sekaligus juga menggairahkan. Dan yang terpenting memberi kesempatan untuk ‘menerawang’ ke depan dan merajut sinergi antar kekuatan yang sudah dan mampu dimiliki sekaligus untuk meredam dampak kelemahan dan kekurangan yang dipunyai serta mengantisipasi ancaman yang bisa mengganggu.

Dan kesemuanya dalam rangka menangkap kesempatan bisnis yang sudah ada atau diperkirakan akan terbuka dalam rangka memberi kesejahteraan bagi stakeholder.

Dalam kerangka 7n1″ Competition Objective, stakeholder value ditempatkan sebagai salah satu ukuran kinerja kompetisi. Banyak pihak yang berkepentingan dan perlu mendapat manfaat dari keberadaan perusahaan.

Pemegang saham, konsumen, karyawan, lingkungan sekitar, pemerintah, dan semua pihak di negeri tercinta juga harus mendapat manfaat.

Dalam rangka memberikan nilai bagi pihak terkait tersebut, penyusunan rencana atau strategi bisnis perusahaan perlu memperhatikan beberaha hal, yaitu:

  1. Pemahaman diri
    Perumusan strategi bisnis untuk mencapai tujuan perusahaan diawali dengan pemahaman yang utuh, jujur dan transparan tentang diri sendiri. Terlepas dari perdebatan filosofis tentang apakah analisis tersebut bersifat outside-in atau inside-out, pemahaman pada diri sendiri mutlak harus dilakukan.

Dengan pemahaman diri yang utuh, jujur dan transparan maka perumusan tujuan di jangka panjang ataupun jangka pendek bisa dilakukan dengan jernih.

  1. Perumusan ‘mimpi’
    ‘Mimpi’ yang hendak dijangkau di masa depan tidak hanya diperlukan untuk merumuskan visi jangka panjang, tetapi juga untuk penetapan tujuan di jangka pendek. Kalau ‘gampang’ dan cuma segitu-gitu aja, tentu tidaklah memberi tantangan.
  2. Competitive advantage
    Perusahaan harus punya aspek unggulan yang membuatnya bisa beda dan memenangkan kompetisi. Bisa berupa biaya proses atau biaya produksi yang hemat, kualitas produk yang istimewa, ataupun kemampuan untuk memberi layanan spesial pada konsumennya.

Dan tentunya competitive advantage dirumuskan tidak hanya ‘berkaca’ pada diri sendiri, tetapi terutama memanfaatkan kajian terhadap kompetitor.

  1. Terintegrasi
    Integrasi proses perencanaan bisnis diaplikasikan pada dimensi waktu antara tujuan jangka panjang dan jangka pendek, pada dimensi fungsional antara berbagai fungsi yang ada di perusahaan, pada tataran konseptual antara yang ‘teoritis’ dan praktis, dan pada lingkup wacana antara yang strategis dan taktis.
  2. Keluwesan
    Strategi memang bukan ‘harga mati’. Strategi bisnis harus cukup luwes untuk disesuaikan dengan perubahan ekonomi, lingkungan persaingan dan perubahan internal.
  3. Sinergis
    Menggapai tujuan tidak harus dikerjaakan sendiri. Bergandengan tangan dengan kekuatan di luar perusahaan untuk mencapai hasil sinergis perlu terus dioptimalkan, yang bentuknya bisa berupa kolaborasi dengan mitra kerja atau aliansi strategis.


Pengobar semangat

Pada perumusan strategi bisnis termasuk penetapan tujuan, terkadang dipertentangkan antara kehendak untuk mengumpulkan keuntungan sebesar-besarnya dengan semangat berbakti pada masyarakat dan negara.

Tidak heran kemudian muncul istilah corporate social responsibility, yang biasanya ditempatkan sebagai biaya cost center yang berarti mengurangi keuntungan. Dan kalau prinsipnya sudah seperti itu maka lagu Padamu Negeri yang biasanya digelorakan di pertandingan olah raga tidak akan pernah disenandungkan di bisnis. Benarkah harus demikian?

Bank Danamon dengan tagsline “We Believe in You” mengungkapkan keyakinan pada prospek ekonomi Indonesia dan bisnis para nasabahnya. Dan keyakinan tersebut berupaya diwujudkan bagi masyarakat yang ada di perkotaan dan pedesaan, maupun nasabah besar dan kecil.

Danamon Simpan Pinjam yang didedikasikan bagi nasabah perbankan mikro dan pengembangan ekonomi kerakyatan tampak jelas dimaksudkan sebagai upaya membuktikan komitmen tersebut.

Perhatian khusus pada sekitar 20 juta usaha berskala mikro dan kecil yang diberikan oleh Danamon Simpan Pinjam tidak hanya punya makna perluasan pasar bagi Bank Danamon, tetapi juga membuka akses kredit bagi belasan juta usaha mikro dan kecil yang belum menikmati layanan perbankan.

Dan lebih hebat lagi, komitmen pada usaha mikro dan kecil tersebut tidak hanya menjadi kepedulian sosial dan sekaligus mencapai tujuan bisnis, tetapi juga merupakan ‘api pengobar semangat’.

Tidak hanya berupa semangat untuk memperluas pasar dan meningkatkan kinerja bisnis, tetapi juga semangat untuk berbuat lebih baik bagi komunitas yang dilayani dan berbakti bagi negeri.

Dan tujuan-tujuan idealis untuk kepentingan negeri tersebut terbukti memberi dorongan semangat bagi segenap karyawan. Dengan semangat berbakti untuk negeri itu pulalah yang memberi motivasi kuat untuk ‘mengabdi’ bagi usaha kecil dan mikro.

Seperti dikatakan oleh Djemi Suhenda dari Danamon Simpan Pinjam: “Bagi kami, bisnis ini merupakan api pengobar semangat.” Sehingga, setiap orang akan bekerja tidak saja dalam menyumbangkan pikirannya, tapi juga hatinya. Dan kesemuanya tersebut akan membuat ‘cita-cita’ untuk berbakti bagi negeri bisa terlaksana.

Perusahaan memang tidak hanya berkepentingan mensejahterahkan dirinya sendiri. Perusahaan harus berbuat sesuatu kepada negeri pertiwi. Perusahaan perlu mengabdi pada negeri.

Dan tidak hanya di dunia olah raga, di dunia bisnis pun kita bisa melantunkan lagu”… padamu negeri kami berjanji, padamu negeri kami berbakti, padamu negeri kami mengabdi, ..bagimu negeri jiwa raga kami…”

Tidak ada komentar: